Kamis, 16 September 2010

Jual Data GIS

Ingin punya data gis dengan cepat, mudah dan dengan harga bersaing,

silahkan mampir di website kami

http://galerigis.com/

Senin, 01 Februari 2010

digitasi peta format pdf

pernah gak kalian mengalami ketika kita dihadapkan pada peta browse berformat pdf dan anda diminta bos anda untuk melakukan digitasi

hmm..sekarang saya akan memberikan solusinya kepada anda..caranya adalah dengan membuka book pdf tersebut lewat adobe photoshop..buka file--->open as pdf-->trus book tersebut di save as ke architecture tiff

dan datanya siap anda digit

cara yang simpel namun sangat able :D

Senin, 25 Januari 2010

Aplikasi GIS dalam pengelolaan SDA

Berikut dua contoh pengelolaan GIS dalam pengelolaan SDA:


1.  Prioritas Breadth Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
 
Formulasi permasalahan
 
Upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) sangat penting untuk memulihkan kembali fungsi lahan yang kritis. Yang dimaksud dengan lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada batas toleransi. Sasaran kegiatan RHL adalah lahan-lahan dengan fungsi lahan yang ada kaitannya dengan kegiatan rehabilitasi dan penghijauan, yaitu fungsi kawasan hutan lindung, fungsi kawasan hutan lindung di luar kawasan hutan dan fungsi kawasan budidaya untuk usaha pertanian.


Kriteria yang digunakan
 
Kriteria kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan mengacu kepada dokumen ’Standar dan Kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan’, yang merupakan Lampiran dari SK Menteri
Kehutanan No. 20/Kpts-II/2001 tentang Pola Umum dan Standar serta Kriteria Rehabilitasi Hutan dan Lahan.
Konsep Dasar
• RHL adalah segala upaya untuk memulihkan dan mempertahankan fungsi sumberdaya hutan dan lahan.
• RHL diselenggarakan pada semua kawasan hutan dan lahan yang kritis dan tidak produktif.
• RHL dilaksanakan berdasarkan kondisi spesifik biofisik dan potensi masyarakat setempat.
• RHL dilaksanakan dengan pendekatan partisipatif dalam rangka pengembangan kapasitas masyarakat.


Metodologi

Sebelum kita bisa menentukan langkah-langkah yang diperlukan, kita harus memformulasikan permasalahan, menyesuaikan dengan abstracts yang ada dan memilih
operasi yang perlu diambil untuk menjawab permasalahan. Langkah-langkah yang perlu dijalankan adalah identifikasi abstracts dasar, pemrosesan abstracts dasar menjadi abstracts yang dapat menentukan tingkat kekritisan suatu area, dan yang terakhir adalah analisa
hasil
Identifikasi abstracts dasar
Dalam hal pembuatan peta Lahan Kritis (LHK), kita mengidentifikasi data-data dasar yang berkaitan dengan kekritisan lahan sebagai berikut:
• DEM (Digital Elevation Model) dari peta kontur yang diambil dari Peta Rupabumi Indonesia, skala 1:50.000 produksi Bakosurtanal. DEM adalah suatu citra yang secara akurat memetakan ketinggian dari permukaan bumi. DEM ini dibuat dari peta kontur,
peta aliran sungai dan peta titik tinggi dengan resolusi 30 meter.
• Peta Tata Guna Hutan Kesepakatan, diperoleh dari Departemen Kehutanan.
• Peta Rencana Tata Ruang dan Wilayah Propinsi, diperoleh dari Bappeda Tk I.
• Peta Penutupan Lahan 1996 hasil klasifikasi citra Landsat TM.
• Peta Kebakaran Hutan 1997/1998 produksi GTZ/IFFM.
• Peta Kesesuaian Lahan 1:250.000 produksi RePPProT.
Proses pengolahan abstracts dasar
Dari abstracts dasar yang ada, kemudian kita proses menjadi abstracts yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kekritisan suatu area. Proses yang dijalankan adalah:
• Kelas kelerengan dibuat dari abstracts dasar DEM dengan cara membuat peta lereng, kemudian diklasifikasikan (1:0-8%, 3:8-15%, 5:15-25%, 7:25-40%, 10:>40%).
• Kelas fungsi dibuat dari peta TGHK (1:perairan, 2:area penggunaan lain, 3:hutan produksi yang bisa konversi, 4:hutan produksi, 5:hutan produksi
terbatas, 6:hutan lindung, hutan suaka alam dan wisata).
• Kelas peruntukkan dibuat dari peta RTRWP (1:kawasan lindung dan perairan, 2:kawasan budi daya kehutanan, 3:kawasan budi daya nonkehutanan).
• Kelas kerusakan dibuat dari peta Kebakaran hutan (1:no data, 2:tingkat kerusakan rendah, 3: tingkat kerusakan sedang, 4: tingkat kerusakan tinggi).
• Dari peta kesesuaian lahan dibuat peta jenis tanah untuk menghasilkan kelas erosi (1:gambut, 2:alluvium, 3:balsa tuff, 4:limestone, 5:sandstone).
• Kelas vegetasi dibuat dari peta penutupan lahan (1:hutan, 2:karet, 3:belukar tua, 4:belukar muda dan semak, 5:alang-alang dan daerah terbuka).

Minggu, 24 Januari 2010

Tahapan Analisis Citra Digital

Analisis citra Landsat secara agenda dapat dikelompokkan atas (Lillesand dan Kiefer, 1990):


1. Pemulihan citra (image restoration)
Merupakan kegiatan yang bertujuan memperbaiki citra ke dalam bentuk yang lebih
mirip dengan pandangan aslinya. Perbaikan ini meliputi koreksi radiometrik dan
geometrik yang ada pada citra asli.
2. Penajaman citra (image enhancement)
Kegiatan ini dilakukan sebelum abstracts citra digunakan dalam analisis visual,
dimana teknik penajaman dapat diterapkan untuk menguatkan tampak kontras
diantara penampakan dalam adegan. Pada berbagai terapan langkah ini banyak
meningkatkan jumlah informasi yang dapat diinterpretasi secara beheld dari data
citra.
3. Klasifikasi citra (image classification)
Terdapat dua pendekatan dasar dalam melakukan klasifikasi citra yaitu
unsupervised classificatiom (klasifikasi tak terbimbing) dan supervised
classification (klasifikasi terbimbing). Klasifikasi tak terbimbing dilakukan
sebelum melakukan cek lapangan, sedangkan klasifikasi terbimbing dilakukan
setelah melakukan cek lapangan dengan panduan klasifikasi titik-titik koordinat
yang telah diambil dari lapangan. Berikut ini dijelaskan mengenai proses
klasifikasi tak terbimbing dan klasifikasi terbimbing.

Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam klasifikasi tak terbimbing mengggunakan software Erdas Imagine 8.5 (Wijaya, 2004):

1. Menentukan jumlah kelas warna citra yang akan diklasifikasi (number of classes)
2. Mengatur kombinasi bandage yang digunakan dalam pengklasifikasian, dala penelitian
ini digunakan kombinasi bandage 5 4 3
3. Mengidentifikasi tiap-tiap kelas warna yang dihasilkan oleh proses klasifikasi
sesuai dengan tipe-tipe penutupan lahan yang telah ditetapkan
4. Menggabungkan kelas warna (recode) yang memiliki tipe penutupan lahan yang sama
5. Pemberian nama dan warna tipe-tipe penutupan lahan (attributing) hasil proses
recode

Pengenalan Penginderaan Jauh

Pengertian
Penginderaan jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990). Tujuan utama dari penginderaan jauh adalah mengumpulkan data dan informasi tentang sumberdaya alam dan lingkingan (Lo, 1995).

Penginderaan Jauh Sistem Satelit
Saat ini sistem satelit sebagai salah satu sistem penginderaan jauh menjadi perhatian utama dikarenakan kemampuannya dalam mengatasi kendala dalam keterbatasan dan lamanya operasi dari sistem penginderaan jauh. Penggunaan pesawat luar angkasa yang mengorbit secara teratur mengelilingi bumi dari ketinggian beberapa ratus kilometer menghasilkan pengamatan bumi yang teratur dengan alat-alat penginderaan jauh yang sesuai (Lo, 1995).

Proses Utama dalam Penginderaan Jauh
Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) terdapat dua proses utama dalam penginderaan jauh, yaitu pengumpulan data dan analisis data. Elemen proses data dimaksud meliputi: a. Sumber energi, b. Perjalanan energi melalui atmosfer, c. Interaksi antara energi dengan kenampakan di muka bumi, d. Sensor warna pesawat terbang dan/ atau satelit dan e. Hasil pembentukan data dalam bentuk piktorial dan/ atau data numerik.

Pengenalan GIS

Dalam berbagai literatur SIG dianggap sebagai hasil dari perpaduan antara sistem komputer untuk bidang kartografi (Computer Aided Cartography) dengan teknologi base abstracts (database):


1. Pengorganisasian abstracts dan informasi
2. Menempatkan informasi pada tempat tertentu
3. Melakukan komputasi, memberikan ilustrasi keterhubungan satu sama lainnya
(koneksi) beserta analisa-analisa spasial lainnya


Berikut beberapa pengertian SIG yang telah beredar di berbagai pustaka:


1. SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memanipulsi abstracts geografi.
Sistem ini diimplementasikan dengan perangkat keras dan perangkat lunak komputer
yang berfungsi untuk : a. Akuisisi dan verifikasi data, b. Kompilasi data, c.
Penyimpan data, d. Perubahan dan afterlight data, e. Manajemen dan pertukaran
data, f. Manipulasi data, g. Pemanggilan dan presentasi data, dan h. Analisa
data (Bern, 1992, dalam Prahasta, 2001)
2. SIG adalah kumpulan yang teroganisir dari perangkat keras komputer, perangkat
lunak, abstracts geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk
memperoleh, menyimpan, mengupadate, memanipulasi, menganalisis, menampilkan
semua bentuk informasi yang bereferensi geografis (ESRI, 1990)
3. SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk menyimpan dan
memanipulasi informasi-informasi geografis. SIG dirancang untuk mengumpulkan,
menyimpan dan menganalisis objek-objek dan fenomena dimana lokasi geografi
merupakan karakteristik yang penting atau kritis untuk dianalisis (Aronoff,
1989)
4. SIG adalah suatu fasilitas untuk mempersiapkan, mempresentasikan dan
menginpresentasikan fakta-fakta (kenyataan) yang terdapat dipermukaan
bumi(definisi umum). Untuk definisi yang lebih sempit, SIG adalah konfigurasi
perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang secara khusus di rancang untuk
proses-proses akusisi, pengelolaan dan penggunaan abstracts kartografi [Tomlin90].
5. SIG adalah sistem informasi yang dirancang untuk bekerja dengan abstracts yang
tereferensi secara spasial atau koordinat geografi. Dengankata lain, SIG
merupakan sistem basisdata dengan kemampuan-kemampuan khusus dalam menangani
data yang tereferensi secara spasial, selain merupakan sekumpulan operasi-
operasi yang dikenakan terhadap abstracts tersebut [Star90]


Sabtu, 23 Januari 2010

Pelatihan GIS tidak perlu??

Pelatihan GIS dapat dipilah-pilah berdasarkan tingkatan penguasaan materi

1. Pelatihan bagi abettor pemula


Dengan materi dasar berupa pengenalan GPS, download/upload abstracts dari/ke GPS, ascribe data, digitasi, editing, memanipulasi display, dan membuat layout. Untuk tingkatan ini diperlukan waktu sekitar 7 hari. Parameter keberhasilan adalah peserta bisa membuat peta.


2. Pelatihan bagi abettor menengah
Peserta tidak harus pernah mengikuti ‘Pelatihan bagi abettor pemula’. Yang penting intinya peserta sudah mengenal sedikit tentang GIS dan atau GPS. Materi-materi dasar dibahas sekilas saja. Pada tingkatan ini diberikan pelatihan dengan beberapa contoh kasus. Abettor tingkat menengah tentu tidak perlu terlalu banyak tutorial karena yang penting bagi mereka ‘penunjuk arah’ bukan bagaimana menempuh jalan karena saya pikir mereka sebenarnya bisa mencari-cari jalannya sendiri. Parameter keberhasilan adalah peserta bisa membuat peta dengan baik dan lengkap (dengan summary) sesuai kaidah. Untuk tingkatan ini diperlukan waktu sekitar 3 hari.


3. Pelatihan bagi analyst
Pelatihan GIS bagi analyst lebih menekankan kepada teori dasar dari tugas-tugas GIS dengan tujuan utama untuk Problem Solving. Praktisi GIS yang sudah bisa ‘membuat peta’ bisa menjadi peserta pelatihan pada tingkatan ini. Materi berisi pemodelan, kontrol kualitas, efisiensi dan efektifitas sistem, analisa sistem, dan managemen abstracts spasial. Parameter keberhasilan adalah peserta bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan spasial dengan GIS secara efektif dan efisien. Untuk tingkatan ini diperlukan waktu sekitar 5 hari.
Pelatihan bagi pengguna
Pengguna GIS bisa masyarakat atau accommodation maker yang berkepentingan dengan keluaran dari GIS. Secara teknis mereka tidak perlu tahu bagaimana proses-proses teknis di dalam GIS di lakukan. Yang penting adalah bagaimana mereka bisa menggunakan keluaran GIS. Isi materi bisa berupa pembacaan peta, antar muka GIS interaktif, SWOT, dll. Untuk tingkatan ini diperlukan waktu sekitar 3 hari.
Angka-angka tersebut cuma estimasi saja, tidak merupakan patokan mutlak